Dizaman modern ini, disebuah negari dingin yang tak
bersalju hiduplah sepasang kekasih, dia adalah princess Ora dan pageran Obal..
keduanya sama-sama misterius, keduanya menganggap diri mereka sebagai
kepribadian ganda, golongan darah AB yang diwariskan kedua orang tua, membuat
mereka memiliki banyak kesamaan. Dari 123 sifat yang disebutkan cermin ajaib, hampir ¾ nya benar. Walau tak dapat dipungkiri, ada mistik bersemayam dalam tubuh mereka.
Princess Ora adalah
seorang yang manja, keras kepala, pendendam, dan hampir semua sifat buruk
melekat dalam dirinya. Sedang pangeran Obal adalah orang yang selalu saja sabar
menghadapi sifat princess Ora.
Suatu hari, princess Ora dan pangeran Obal pergi
bermain kesebuah waduk yang indah..banyak peri-peri dan pangeran berkuda
berendam disana. Mereka bepergian tak hanya berdua, ada putri Oni dan juga
pangeran Oki yang mendampingi. Dengan
sigapnya pangeran Obal menunggang kencang kudanya, jika kudahnya lelah,
penghilang haus segera diberikan hingga tenaga kuda itu kembali membara.
Pengeran Obal adalah lelaki yang baik. Dia tidak akan membiarkan kudanya kehilangan apapun. Sebelum
pergi, pangeran Obal memberi tanduk kuda yang akan dikendarainya, walau
akhirnya , diperjalanan tanduk itu harus
rusak karena pertempuran dengan kuda lain.
Kini, pangeran dan princess telah berada ditempat
tujuan, wajah mereka tercengang saat melihat istana-istana cantik mengelilingi
waduk, perkarangan nan indah, dan pasir putih menyambut kedatangan mereka
dengan meriahnya. Batu-batu menari dan berlagu keasyikan sambil mempersilakan
mereka masuk. Dihalaman perkarangan, Pengeran Obal sempat kebingungan saat
mencari pintu masuk menuju istana. Hanya ada beberapa prajurit yang menjaga.
Mereka berempat mencoba menerobos masuk, namun tekanan seberkas cahaya putih
mendorong mereka untuk keluar. Ada tombak-tombak runcing yang timbul seketika
saat itu. hingga pangeran Obal memberanikan diri bertarung dengan beberapa prajurit.
Pengeran Obal harus memenangkannya, karena jika kalah, pangeran Obal tak dapat
menikmati anggunya sang waduk. Kini, pertempuran terhenti, pangeran obal harus
mengeluarkan beberapa keping darah sebagai
tanda perdamaian, dan akhirnya kemenangan berada ditangan pangeran Obal.
Berkat kemenangan itu, kini, pangeran Obal dan princess Ora telah berada disekitar waduk, banyak peri dan pengeran berkuda menggemparkan
sayap asmara disana. Pangeran Obal tak tinggal diam, dia juga mengajak princess Ora
untuk berendam. Pakaian diganti, kini princess Ora berbalut selendang yang
melingkar ditubuhnya, sedang pangeran Obal berpakaian hitam putih loreng, dan mahkota yang tak lagi menutupi
rambutnya.
Waduk ini sungguh ajaib, ada jenjang emas melingkar.
Untuk dapat berseluncur dikelok keabadian, jenjang ini harus di daki. Pangeran Obal
dengan setianya mengawal princess Ora. Dia tak membiarkan princess Ora lepas dari
genggamannya sedikitpun. Mereka berlari menelusuri celah sempit diantara anak
jenjang. Puncak telah dicapai, kini pangeran dan princess menuruni lapisan es
dengan cepatnya. Lenggak lenggok badan pun menyaksikan kecerian mereka. Jika
ada pangeran, princess Ora selalu tertawa. Mereka merasa bahwa dunia hanyalah
milik mereka.
Dipenghujung waduk, ada kolam ombak. jika terompet
dipuncak tertinggi istana berbunyi, para penghuni akan berlari menuju kolam
ombak dan berenang didalamnya. Mereka menumpangi sebuah ikan ajaib, Ikan itu
akan mengalun bersama air dan para pangeran serta peri yang menungganinya. Melihat pancaran
wajah penghuni, pangeran Obal langsung mengajak princess Ora untuk kesana. Kini
mereka telah berendam diantara genangan air. Tubuh mereka terhempas oleh
ombak-ombak yang mengalir sesuai irama. Jika telah sampai ditapi, pengeran Obal kembali menarik
ikan itu menuju ketengah kolam ombak. Hal demikian dilakukan secara berulang
oleh pangeran Obal sampai candunya hilang. Melihat yang dilakukan pangeran Obal,
princess Ora pun merasa malas dan ingin segera berlari menuju ketepian. karena
kecintaannya pada princess Ora, akhirnya pangeran Obal mengikuti kemauan princess
Ora meski ada kekecewaan jelas yang
terpancar diwajahnya.
Matahari hampir saja tenggelam, pakaian segera
diganti, pangeran Obal dan princess Ora masih menikmati pemandangan disekitar
waduk. Pohon berbatang perak melambai seakan mengantarkan mereka menuju pintu
gerbang. Ada yang unik, pangeran melihat sebuah istana bergonjong delapan, itu
hanya satu diantara beberapa istana. Kerena kesukannya, pangeran Obal dan
princess Ora mengabadikan kenangan disana. Kelak jika mereka berpisah, tempat
itulah yang akan menjadi saksi bisu bahwa mereka pernah menjalin hubungan yang
suci. Dimana mereka saling menjaga untuk saling tak tersakiti.
Perjalanan dilanjutkan, jalan keluar kembali
ditempuh, pangeran Obal kembali mengambil kuda putih yang diikatnya sambil
menunggangnya menuju istana tempat kediamannya. Ada rasa ragu dan cemas
bersemayam dalam benak pangeran Obal, begitu juga dengan princess Ora. Pangeran
takut jika raja dan ratu marah kepada princess Ora, karena pulang yang larut.
Cuaca tidaklah bersahabat, angin kencang tanpa salju mengguyur, hujan membasahi
seluruh tubuh princes dan pangeran, semakin takutnya, pangeran Obal menghubungi pihak istana dengan ilmu batinnya,
namun sayang, tak ada yang membalas. Kini kekhawatiran benar-benar menyelimuti
pangeran Obal. Tak mungkin pangeran Obal menuruni lembah jika hujan masih saja
mengguyur, nyawa princess Ora amatlah penting. Hingga pangeran Obal rela
menyerahkan satu-satu baju kulit miliknya yang masih dipakai kepada princess Ora.
Sebenarnya ada rasa ragu saat princess Ora memakainya, princess Ora takut jika
nanti pangeran Obal tiba-tiba saja sakit dan tak mampu lagi menunggangi kuda
hingga tempat kediaman. Princess Ora benar-benar salut dengan apa yang dilakukan
oleh pangeran Obal waktu itu. ini bukanlah yang pertama kalinya, tapi sudah
kesekian kalinya. Princess Ora sesekali memperhatikan tangan pangeran Obal.
Tangan itu sudah memucat, mungkin badan nya juga mengigil karena dinginnya hawa
saat itu.
Hujan semakin deras..perjalanan masih tinggal sekitar dua jam lagi. Pangeran Obal tetap mengendarai kuda dengan begitu kencang dan sehati-hatinya. Wajah langit yang kelam membuat ragu untuk meneruskan perjalanan. Hingga diputuskan berhenti dipergubukan tua. Banyak yang singgah disana. Gubuk berdinding kayu-kayu yang sudah tua itu dihiasi dengan gemerlap cahaya bewarna warni. Dipertengahan gubuk terdapat lubang besar, tempat api unggun menyala. Ini sedikit menghangatkan tubuh pangeran Obal dan princess Ora. Begitu juga dengan pribumi di wilayah itu.
Hujan sedikit reda. Karena keadaan yang tak memungkinkan diputuskan untuk menembus rintikan air itu. tubuh semakin menggigil. Ditengah perjalanan, ditemukan sebuah tempat pesta. Pangeran obal dan princess Ora singgah disana dan mengisi perut karena lapar yang melanda. Pemandangan cukup indah. Ada sampan yang dikayuh peri laksana kapal megah yang menjulang, yang mana menaranya mampu mencakar angkasa, bagian bawahnya mampu mengakar pada dasar danau. Kini mata keduanya tertuju pada itu. hidangan daging-daging yang menyita selera kini usai dinikmati. Pangeran obal dan princess Ora berdangsa ditengan pesta.
Tubuh yang mulai hangat, memutuskan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Hujan masih deras. Angin kencang masih saja mengibarkan bendera hawa dinginnya. tubuh kembali geger dibuatnya. Juruspun tak mampu mengalahkan serangan badai saat itu. Pengeran Obal dan princess Ora kembali menebus dengan seluruh raga, walau pada akhirnya harus mengigil ketika sampai didepan istana. Kini pengeran Obal dan princess Ora bisa terlelap dalam hangatnya sutera. Dan mereka berbahagia telah mampu berjalan diantara waduk-waduk cantik….
SEKIAN
Hujan semakin deras..perjalanan masih tinggal sekitar dua jam lagi. Pangeran Obal tetap mengendarai kuda dengan begitu kencang dan sehati-hatinya. Wajah langit yang kelam membuat ragu untuk meneruskan perjalanan. Hingga diputuskan berhenti dipergubukan tua. Banyak yang singgah disana. Gubuk berdinding kayu-kayu yang sudah tua itu dihiasi dengan gemerlap cahaya bewarna warni. Dipertengahan gubuk terdapat lubang besar, tempat api unggun menyala. Ini sedikit menghangatkan tubuh pangeran Obal dan princess Ora. Begitu juga dengan pribumi di wilayah itu.
Hujan sedikit reda. Karena keadaan yang tak memungkinkan diputuskan untuk menembus rintikan air itu. tubuh semakin menggigil. Ditengah perjalanan, ditemukan sebuah tempat pesta. Pangeran obal dan princess Ora singgah disana dan mengisi perut karena lapar yang melanda. Pemandangan cukup indah. Ada sampan yang dikayuh peri laksana kapal megah yang menjulang, yang mana menaranya mampu mencakar angkasa, bagian bawahnya mampu mengakar pada dasar danau. Kini mata keduanya tertuju pada itu. hidangan daging-daging yang menyita selera kini usai dinikmati. Pangeran obal dan princess Ora berdangsa ditengan pesta.
Tubuh yang mulai hangat, memutuskan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Hujan masih deras. Angin kencang masih saja mengibarkan bendera hawa dinginnya. tubuh kembali geger dibuatnya. Juruspun tak mampu mengalahkan serangan badai saat itu. Pengeran Obal dan princess Ora kembali menebus dengan seluruh raga, walau pada akhirnya harus mengigil ketika sampai didepan istana. Kini pengeran Obal dan princess Ora bisa terlelap dalam hangatnya sutera. Dan mereka berbahagia telah mampu berjalan diantara waduk-waduk cantik….
SEKIAN
Alahan Panjang, Selasa, 2 Agustus 2016
No comments :
Post a Comment