Tuesday 2 August 2016

"Pangeran Obal dan Princess Ora"

Dizaman modern ini, disebuah negari dingin yang tak bersalju hiduplah sepasang kekasih, dia adalah princess Ora dan pageran Obal.. keduanya sama-sama misterius, keduanya menganggap diri mereka sebagai kepribadian ganda, golongan darah AB yang diwariskan kedua orang tua, membuat mereka memiliki banyak kesamaan. Dari 123 sifat yang disebutkan  cermin ajaib, hampir ¾  nya benar. Walau tak dapat dipungkiri, ada  mistik bersemayam dalam tubuh mereka.
 Princess Ora adalah seorang yang manja, keras kepala, pendendam, dan hampir semua sifat buruk melekat dalam dirinya. Sedang pangeran Obal adalah orang yang selalu saja sabar menghadapi sifat princess Ora.
Suatu hari, princess Ora dan pangeran Obal pergi bermain kesebuah waduk yang indah..banyak peri-peri dan pangeran berkuda berendam disana. Mereka bepergian tak hanya berdua, ada putri Oni dan juga pangeran Oki yang mendampingi.  Dengan sigapnya pangeran Obal menunggang kencang kudanya, jika kudahnya lelah, penghilang haus segera diberikan hingga tenaga kuda itu kembali membara. Pengeran Obal adalah lelaki yang baik. Dia tidak akan  membiarkan kudanya kehilangan apapun. Sebelum pergi, pangeran Obal memberi tanduk kuda yang akan dikendarainya, walau akhirnya , diperjalanan tanduk itu  harus rusak karena pertempuran dengan kuda lain. 
Kini, pangeran dan princess telah berada ditempat tujuan, wajah mereka tercengang saat melihat istana-istana cantik mengelilingi waduk, perkarangan nan indah, dan pasir putih menyambut kedatangan mereka dengan meriahnya. Batu-batu menari dan berlagu keasyikan sambil mempersilakan mereka masuk. Dihalaman perkarangan, Pengeran Obal sempat kebingungan saat mencari pintu masuk menuju istana. Hanya ada beberapa prajurit yang menjaga. Mereka berempat mencoba menerobos masuk, namun tekanan seberkas cahaya putih mendorong mereka untuk keluar. Ada tombak-tombak runcing yang timbul seketika saat itu. hingga pangeran Obal memberanikan diri bertarung dengan beberapa prajurit. Pengeran Obal harus memenangkannya, karena jika kalah, pangeran Obal tak dapat menikmati anggunya sang waduk. Kini, pertempuran terhenti, pangeran obal harus mengeluarkan beberapa keping darah  sebagai tanda perdamaian, dan akhirnya kemenangan berada ditangan pangeran Obal.
Berkat kemenangan itu, kini, pangeran Obal dan princess Ora telah berada disekitar waduk, banyak peri dan pengeran berkuda menggemparkan sayap asmara disana. Pangeran Obal tak tinggal diam, dia juga mengajak princess Ora untuk berendam. Pakaian diganti, kini princess Ora berbalut selendang yang melingkar ditubuhnya, sedang pangeran Obal berpakaian hitam putih  loreng, dan mahkota yang tak lagi menutupi rambutnya.
Waduk ini sungguh ajaib, ada jenjang emas melingkar. Untuk dapat berseluncur dikelok keabadian, jenjang ini harus di daki. Pangeran Obal dengan setianya mengawal princess Ora. Dia tak membiarkan princess Ora lepas dari genggamannya sedikitpun. Mereka berlari menelusuri celah sempit diantara anak jenjang. Puncak telah dicapai, kini pangeran dan princess menuruni lapisan es dengan cepatnya. Lenggak lenggok badan pun menyaksikan kecerian mereka. Jika ada pangeran, princess Ora selalu tertawa. Mereka merasa bahwa dunia hanyalah milik mereka.
Dipenghujung waduk, ada kolam ombak. jika terompet dipuncak tertinggi istana berbunyi, para penghuni akan berlari menuju kolam ombak dan berenang didalamnya. Mereka menumpangi sebuah ikan ajaib, Ikan itu akan mengalun bersama air dan para pangeran serta  peri yang menungganinya. Melihat pancaran wajah penghuni, pangeran Obal langsung mengajak princess Ora untuk kesana. Kini mereka telah berendam diantara genangan air. Tubuh mereka terhempas oleh ombak-ombak yang mengalir sesuai irama. Jika telah  sampai ditapi, pengeran Obal kembali menarik ikan itu menuju ketengah kolam ombak. Hal demikian dilakukan secara berulang oleh pangeran Obal sampai candunya hilang. Melihat yang dilakukan pangeran Obal, princess Ora pun merasa malas dan ingin segera berlari menuju ketepian. karena kecintaannya pada princess Ora, akhirnya pangeran Obal mengikuti kemauan princess Ora meski ada kekecewaan  jelas yang terpancar diwajahnya.
Matahari hampir saja tenggelam, pakaian segera diganti, pangeran Obal dan princess Ora masih menikmati pemandangan disekitar waduk. Pohon berbatang perak melambai seakan mengantarkan mereka menuju pintu gerbang. Ada yang unik, pangeran melihat sebuah istana bergonjong delapan, itu hanya satu diantara beberapa istana. Kerena kesukannya, pangeran Obal dan princess Ora mengabadikan kenangan disana. Kelak jika mereka berpisah, tempat itulah yang akan menjadi saksi bisu bahwa mereka pernah menjalin hubungan yang suci. Dimana mereka saling menjaga untuk saling tak tersakiti.
Perjalanan dilanjutkan, jalan keluar kembali ditempuh, pangeran Obal kembali mengambil kuda putih yang diikatnya sambil menunggangnya menuju istana tempat kediamannya. Ada rasa ragu dan cemas bersemayam dalam benak pangeran Obal, begitu juga dengan princess Ora. Pangeran takut jika raja dan ratu marah kepada princess Ora, karena pulang yang larut. Cuaca tidaklah bersahabat, angin kencang tanpa salju mengguyur, hujan membasahi seluruh tubuh princes dan pangeran, semakin takutnya, pangeran Obal  menghubungi pihak istana dengan ilmu batinnya, namun sayang, tak ada yang membalas. Kini kekhawatiran benar-benar menyelimuti pangeran Obal. Tak mungkin pangeran Obal menuruni lembah jika hujan masih saja mengguyur, nyawa princess Ora amatlah penting. Hingga pangeran Obal rela menyerahkan satu-satu baju kulit miliknya yang masih dipakai kepada princess Ora. Sebenarnya ada rasa ragu saat princess Ora memakainya, princess Ora takut jika nanti pangeran Obal tiba-tiba saja sakit dan tak mampu lagi menunggangi kuda hingga tempat kediaman. Princess Ora benar-benar salut dengan apa yang dilakukan oleh pangeran Obal waktu itu. ini bukanlah yang pertama kalinya, tapi sudah kesekian kalinya. Princess Ora sesekali memperhatikan tangan pangeran Obal. Tangan itu sudah memucat, mungkin badan nya juga mengigil karena dinginnya hawa saat itu. 
Hujan semakin deras..perjalanan masih tinggal sekitar dua jam lagi. Pangeran Obal tetap mengendarai kuda dengan begitu kencang dan sehati-hatinya. Wajah langit yang kelam membuat ragu untuk meneruskan perjalanan. Hingga diputuskan berhenti dipergubukan tua. Banyak yang singgah disana. Gubuk berdinding kayu-kayu yang sudah tua itu dihiasi dengan gemerlap cahaya bewarna warni. Dipertengahan gubuk terdapat lubang besar, tempat api unggun menyala. Ini sedikit menghangatkan tubuh pangeran Obal dan princess Ora. Begitu juga dengan pribumi di wilayah itu.
Hujan sedikit reda. Karena keadaan yang tak memungkinkan diputuskan untuk menembus rintikan air itu. tubuh semakin menggigil. Ditengah perjalanan, ditemukan sebuah tempat pesta. Pangeran obal dan princess Ora singgah disana dan mengisi perut karena lapar yang melanda. Pemandangan cukup indah. Ada sampan yang dikayuh peri laksana kapal megah yang menjulang, yang mana menaranya mampu mencakar angkasa, bagian bawahnya mampu mengakar pada dasar danau. Kini mata keduanya tertuju pada itu. hidangan daging-daging yang menyita selera kini usai dinikmati. Pangeran obal dan princess Ora berdangsa ditengan pesta.
Tubuh yang mulai hangat, memutuskan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Hujan masih deras. Angin kencang masih saja mengibarkan bendera hawa dinginnya. tubuh kembali geger dibuatnya. Juruspun tak mampu mengalahkan serangan badai saat itu. Pengeran Obal dan princess Ora kembali menebus dengan seluruh raga, walau pada akhirnya harus mengigil ketika sampai didepan istana. Kini pengeran Obal dan princess Ora bisa terlelap dalam hangatnya sutera. Dan mereka berbahagia telah mampu berjalan diantara waduk-waduk cantik….

                                                                    SEKIAN

Alahan Panjang, Selasa, 2 Agustus 2016
By: FATMA ZAHRA
Kunjungi juga:
fzahra97.blogspot.com
E-mail: fzahra97@ymail.com


No comments :

Post a Comment