Wednesday 8 July 2015

KBM (Kemah Bakti Mahasiswa) Part 2

Hei pemirsa berjumpa kembali dengan saya disini…hehehe…
Oke, sekarang mari kita lanjutkan cerita yang tertunda kemaren.


HARI PERTAMA,
Jumat pagi sekitar pukul 06.30 , para mahasiswa cowok telah datang kekampus dengan memakai seragam bewarna hitam dilengkapi dengan celana trening yang  juga bewarna hitam, tak lupa membawa blokarde yang berlebih bagi yang melanggar. Sedangkan yang cewek membawa beberapa bungkus nasi untuk para cowok, maklum, mereka akan membuang tenaga sehabis jumat untuk membangun sebuah tenda perkemahan.

Jam 11.00, para cewek mulai berdatangan kekampus dengan membawa bawaan yang bisa dibilang cukup meribetkan. Maklum  cewek, apa-apa dibawa (kayak mau pindahan aja hehe). Dengan pakaian yang serba hitam  semua telah menyatu didepan kampus disertai onggokan yang banyaknya tak terkira. Bukan pakaian saja yang ada didalamnya, namun juga cemilan-cemilan yang akan mengisi perut  selama  disana.

Setelah lelah menanti bersama terik cahaya matahari , akhirnya bus yang ditunggu datang. Sekitar pukul 12.30 para panitia membagi kelompok. Masing –masing kelompok  bergegas menuju bus yang akan mereka tumpangi. Dengan susunan yang begitu sempit membuat muka seakan memerah seperti kena rebus. Tepat jam 13.00 bus mulai melaju menuju tempat tujuan. Dengan nyanyian  yang beirama acakan membuat semarak dalam bus, meski duduk saling berhimpitan. Kekaguman dan Tanya pun datang dari mereka yang berasal bukan dari Sumatera Barat.

Setelah hampir satu setengah jam perjalanan, kami mulai memasuki tempat tujuan. Jalan yang berliku dan sempit mulai menghadang. Kayu- kayu rimbun mulai menyapa seakan itu adalah tempatnya. Dengan rasa yang mulai bercampur, akhirnya kami mulai menginjakkan kaki di Kayu Tanam, tempat kami akan berkemah.

Seirama dengan serinai  yang dibunyikan,  kami harus mengikuti panitia berjalan beberapa meter untuk sampai ketempat perkemahan. Dihadapan kami telah ada sebuah sungai besar yang siap menghancurkan bahkan menghanyutkan jika hujan lebat terjadi. Alliran yagn deras mengisyaratkan kami untuk berhati-hati selama berada disana.

Dengan berlari kecil kami mulai menaruh barang bawaan didepan tenda kelompok masing-masing yang  belum siap dibangun. Karena hanya sedikit para cowok yang bekerja, para cewek pun mulai turun tangan membantu  mereka. Mulai dari mengambil kayu sebagai pasak tenda, membangun dapur, menggali lubang air, mengangkat barang bawaan dari tenda panitia, hingga merapikan tenda serta sandal- sandal yang berserakan.

Bila serunai telah berbunyi , berarti kami harus berlari menuju lapangan mengikuti perintah dari panitia. Barang siapa yang terlambat, maka akan diberi hukuman. Terkadang sering  keluar keluhan  dari mulut kami.
A: “Hah..baru lima menit , udah ngumpul lagi, capek uy”.
B: “Sama aku juga”
Dan hal ini pun terjadi berulang-ulang sesuai dengan bunyi suara serinai yang dibunyikan. Jika hanya 1 kali, berarti hanya ketua kelompok yang berkumpul, jika 2 berarti perwakilan kelompok, sedang jika 3 berarti kami semua harus berkumpul. jika ada yang melanggar, maka berlaku aturan “  SALAH SATU SALAH SEMUA”. Jika hanya satu orang yang bersalah, maka semua akan kena. Hukumannya bermacam, tergantung keinginan panitia. Bagi kami, aturan yang dibuat itu memacu semangat kekompakan dan rasa kepedulian satu sama lain.

Sekitar pukul 4 dilangsungkan acara pembukaan KBM. Disertai dengan almamater biru serta scraff merah yang melingkari dahi,  kamipun segera berlari menuju lapangan. Tiada sempat mencuci muka , wajah kelelahan  harus tetap terbangun demi acara ini. Setelah pengecekan kelengkapan kelompok selesai, acara dimulai.

Usai pembukaan, kami kembali membangun tenda yang belum siap.  Sedang para cowok mencari kayu yang besar sebagai tiang untuk pembuatan MCK. Dengan udara yang tidak begitu bersahabat, kami terpaksa berkumpul lagi sesuai serinai yang dibunyikan. Dihadapan kami telah berdiri para panitia dengan tampang yang menyeramkan  menanyakan kelengkapan bawaan kami. Oh tidak, ternyata kami tidak membawa jas hujan yang akan melindungi kami dari kebasahan dan kedinginan. Adu pendapat pun mulai terjadi. Peserta kemah dan panitia mulai mempertahankan pendapatnya masing-masing. Setelah lama berdebat, akhirnya dengan bukti serta solusi yang konkret pendapat peserta pun diterima.
Panitia : ”Gitu dong dari tadi, kalian kan mahasiswa , jadi harus pandai mencari solusi dari suatu permasalahan. Ingat kita anak farmasi, pertanggung jawaban kita begitu besar, ini menyangkut nyawa orang, sedikit kalian kalian salah, akan mengakibatkan kematian. Kalian ngerti?”
Peserta : ”Ngerti…”

Sesuai dengan keputusan, kami harus mengumpulkan uang sebesar 5 ribu perorang untuk pembelian jas hujan. Setelah terkumpul, kami kembali menyebar melanjutkan tugas masing-masing.
Serunai kembali berbunyi, kami berkumpul dan kemudian langsung  bergegas menuju tenda untuk istirahat sejenak dan mengisi perut yang tengah kerincongan dengan makanan seadanya. Tak lupa selingan serinai memaksa kami untuk berkumpul meski belum siap.

Waktu magrib hampir tiba. Para mahasiswa menuju sungai  yang beraliran deras untuk membersihkan wajah yang kusam . Sedang perwakilan kelompok membentangkan tikar  untuk shalat bersama. Sehabis shalat ,setelah doa terpanjatkan dan ceramah pencerahan usai tersampaikan, maka dilanjutkan dengan shalat isya. Setelah selesai, kami kembali ketenda untuk mempersiapkan penampilan yel-yel kelompok. 

Jam menunjukkan pukul 21.00, Acara malam pertama pun dimulai. 116 orang peserta mulai duduk mengelilingi lapangan kelam yang disisipi beberapa lampu menghadap para panitia dan senior yang mulia. Rumput-rumput yang berembun menjadi saksi bisu malam pertama kami diperkemahan.  Tanah yang sedikit basah  dan udara yang dingin membelai mesra tubuh kami. Minyak kayu putih dan terason pun begitu senang menikmati aroma ciuman hidung kami .dan   daun pisang yang melambai-lambai seakan ikut mendukungnya.

Malam ini adalah tanggal 3, saya dan teman sekelompok begitu terkejut ketika kelompok kami dipanggil terlebih dahulu dalam penampilan yel-yel ( kelompok 3). Dengan penampilan yang seadanya serta pesiapan yang kurang matang (maklum, tidak latihan hehhehe) kami pun menuju ketengah lapangan dengan gerakan anak pramuka. Disertai dengan sorak dan teriakan penghuni lapangan , penampilan kami menjadi gugup, serta ketidak serentakanpun terjadi.

Dalam acara ini, masing-masing kelompok tampil ketengah lapangan manampilkan bakat yang dipunyai. Mulai dari dance, drama tenggelamnya kapal van der wijk (disertai pengubahan), video klip, tari pinguin, tari daerah serta penampilan yang berbeda lainnya. 14 kelompok  telah tampil, suasana mulai hening, mungkin karena kelelahan. Jam setengah satu acara usai, kami kembali ke tenda untuk beristiahat dan mengembalikan tenaga yang hilang. Sedang para cowok berada diluar tenda sambil beronda. Tak lupa kopi susu hangat menemani malam kelam mereka. Sedang kami  mulai tidur dengan suasana yang berdesakan karena tempat yang sempit.




HARI  KEDUA.
Pukul 04.00 kami telah dibangunkan oleh para panitia . Dengan segera kami  membentangkan tikar ditengah lapangan.  Keadaan pagi yang mencekam membawa kami turun menuju sungai yang siap menanti. Dengan perlahan air yang jernih membasahi raut wajah imut kami. Melalui jemari yang halus sebagian anggota tubuh pun telah terbasahi. Usai itu , kami kembali kelapangan untuk shalat subuh berjemaah , tak lupa dengan do`a dan siraman rohani.

Jam setengah 6 lewat, serunai kembali dibunyikan, dan itu tandanya kami harus kembali berkumpul. siapa yang terlambat harus dihukum. Kebetulan waktu itu ada salah seorang yang terlambat. Jadi kami harus kena bentak dan dihukum oleh panitia. kami pun harus push up beberapa kali, jalan ditempat, jalan jongkok sekeliling lapangan beberapa kali sambil menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Padamu Negeri (mungkin hukuman ini ntuk eningkatkan rasa kebangsaan kami). Jika ada yang tertinggal , maka harus push up. Serunai kembali berbunyi, kami kembali berkumpul, kami harus berlari kecil mengelilingi lapangan sambil bernyanyi dan mengikuti aba-aba dari para ketua kelompok hingga jam setengah 7. Setelah itu kami kembali ketenda untuk memasak  dan mempersiapkan diri untuk sosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Ikan sarden dicampur telur, itu adalah salah satu masakan dikelompok kami. Walau saya tak suka saya terpaksa memakannya. Sedang dikelompok lain masakannya bervariasi tergantung bahan yang dibawa. Sedih memang, makan dikejar oleh waktu, semua acara harus berjalan sesuai jadwal yang telah ada.  Usai makan, dilanjutkan dengan pemakaian baju dan pemakaian almamater lengkap dengan topi untuk sosialisasi dengan warga sekitar.

Jam 8.30 kami kembali berkumpul, disini terdapat pengarahan oleh ketua  panitia. Tiap kelompok mempunyai panitia masing-masing. Kelompok dibagi menjadi 4, yaitu yang berperan dalam membantu warga membersihka lingkungan sekitar, yang mengadakan sosialisasi kefarmasian ke SD, yang mengadakan penyuluhan obat ke puskesmas, serta yang tinggal di tenda untuk memasak.
Tepat pukul 9, anggota kelompok yang telah dibagi tadi beranjak meninggalkan lapangan hijau menuju tempat yang telah ditugaskan. Tak lupa membawa perlengkapan obat-obatan, sapu, tong sampah, serta alat lainnya yang terkait dengan itu.

Saat sosialisasi di SD, keceriaaan para siswa jelas terlihat, senyum mungil dan imut mengingatkan kisah-kisah semasa SD. Dimana semua waktu habis dengan tertawa, kadang-kadang menangis hanya karena masalah sepele. Jawaban  lugu dan singkat saat menjawab pertanyaan, serta wajah polos tanpa dosa yang memucat jika telah dipanggil oleh salah seorang guru. Malu-malu kucing sambil mendorong dan menarik teman  manjadi hal yang wajar.

Pada sosialisasi ini , kelas dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelas 1,2, dan 3 dijadikan satu local, serta 4,5 dan 6 satu local juga. Dalam sosiallisasi ini , anak SD diberi perbekalan mengenai famasi. Ternyata banyak dari anak SD yang belum mengenal apa itu farmasi. Jika ditanya cita-cita maka mereka akan menjawab dokter, guru, pilot, dan masinis. Sehingga untuk mengenalkan farmasi diadakan acara yang berkaitan dengan itu seperti drama tentang apoteker yang sedang membuat obat dan menyerahkan nya kedokter , lalu dokter menyuruh si pasien untuk menebus obat apotik. Drama yang telah ditampilkan tadi kembali diperankan oleh para siswa SD. Juga  sisipan hiburan -hiburan lainnya disertai dengan hadiah menarik yang meningkatkan  apresiasi siswa  dalam mengikuti acara. Jari tunjuk pun sering menegadah keatas menandakan mereka akan menjawab pertanyaan dari panitia. kehebohan dan saling tuduh terjadi meski hanya senda gurau. Nyanyi-nyanyi yang menggetarkan kelas bersemarak dengan tepuk tangan yang membahana.

Usai sosialisasi , tak lupa foto bersama dengan para guru dan murid yang menandakan bahwa kami pernah berkunjung kesana dan bergabung dengan anak-anak bangsa yang penuh semangat melangkahkan kaki demi menuntut ilmu, meski ada sebagian dari mereka yang jauh dari sekolah  namun keinginan dan tekad mereka untuk datang kesekolah tidaklah memudar.

Di puskesmas, telah ada puluhan orang yang berdatang untuk memeriksa kesehatannya. Menurut informasi, rata-rata usia orang disana lebih dari 70an. Sedang sakit yang diderita hanya berupa penyakit ringan dan tidak ditemukan  penyakit keras, seperti kanker dan stroke. Mungkin alasan utamanya adalah mereka tinggal didaerah pedesaan. Daerah yang jauh berbeda dengan perkotaan. Dipedesaan udara yang segar dan tumbuhan yang alami begitu mudah ditemukan . bahan makanan yang cepat saji jarang ditemukan. selain itu, para penduduk juga rajin berolah raga melalui aktivitas  bercocok tanam yang dilakukan, sehingga semua anggota tubuh mereka bergerak dan tak terasa kaku. Dari penyuluhan ini didapat 93 orang peserta. Dan itu melebihi dari kuota yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu 80 orang.

Pada kegiatan kebersihan lingkungan, dilakukan pembersihan salokan-salokan serta jalan –jalan dari sampah. Disini hal buruk mulai terjadi. Dua orang dari peserta KBM mengalami kesurupan. Hal ini terjadi saat mencangkul didekat batu besar. Mungkin karena batu ini memiliki penghuni , dan penghuni nya terganggu karena kegitan ini. Melihat keadaaan yan tidak memungkinkan, kegiatan bersih-bersih pun diberhentikan.

Sekitar jam 3 lewat, kami kembali ketempat perkemahan. Rinai hujan yang turun memaksa kami untuk berlari agar tidak kebasahan oleh rintik nya. Setelah sampai ditenda, makanan pun mulai disantap untuk pengisi perut yang telah menari-nari karena lapar.

Tak berselang lama, hujan deras  mengguyur, luapan sungai dekat perkemahan mulai mengenai tenda panitia. terpaksa tenda harus dibongkar dan dipindahkan mencari tempat yang aman. Semakin lama luapan semakin  besar. Demi kemanan barang-barang pun mulai dikemasi dan bersiap untuk pulang kerena keadaan yang tidak memungkinkan. Bersamaan dengan itu, kejadian yang menakutkan pun mulai terjadi , satu persatu dari para peserta dan panitia mulai kesurupan.

Sekitar jam setengah 5 hujan  mulai surut, begitu juga dengan air sungai yang mengkeruh. Sesuai keputusan, akhirnya kegiatan KBM masih tetap dilanjutkan.

Serunai kembali berbunyi. Dengan berlarian kami pun berkumpul. para peserta cowok ditugaskan untuk mencari kayu bakar untuk pembuatan api unggun. Karena malam ini adalah acara puncak dari KBM yang kami ikuti. Sedang yang cewek ditugaskan untuk memasak makanan dan membersihkan tenda karena akan dinilaii oleh tim juri.

Jam menunjukkan pukul 17.30 , Para alumni dan senior yang baru datang mulai mengamati keadaan sekitar. Sedang para peserta mulai ketakutakan melihat tampang-tampang mereka (bukan karena takut tampang  sih, tapi karena takut dihukum serta dikerjain). Sadang  para cowok masih tetap bekerja keras membangun menara unggun yang akan dibakar nantinya. Kayu-kayu dicincang halus dalam waktu secepat mungkin. Untuk makan, maka sesuai dengan perintah panitia, para cowok harus disuapkan oleh para cewek kelompok masing-masing sambil berdiri dan tetap melanjutkan perkerjaan. Baru makan sesuap , udah kena bentak, itu lah yang dialami mereka.

Ketika hampir magrib tikar pun dibentangkan, dan sebagian yang lain mulai membersihkan diri dan mengambil wudu untuk shalat. Usai shalat keadaan mencekam  terjadi. Kesurupan yang tidak dikehendaki kembali menghampiri. Dan ini bukan hanya 2 orang melainkan  puluhan orang. Bahkan dalam barisan shalat, masih ada yang kesurupan. Satu persatu terlihat ketakutan. Untuk
meminimalisir keadaan tersebut maka para peserta dipindahkan kedalam suatu kelompok besar. Disana dibacakan ayat alquaran secara bersama untuk menghindari kekosongan pikiran.  Namun, itu tidak lah mampan, masih ada yang kesurupan dalam kelompok itu. Suara-suara raungan terdengar dilokasi perkemahan. Hal Ini mengakibatkan banyak masyarakat sekitar yang keluar dan melihat kejadian yang menakutkan ini. Mereka bertanya-tanya, kesalahan apa yang telah dilakukan oleh peserta  sehingga mereka bisa seperti ini.

Lantunan ayat suci masih bergema, namun tenda tempat evakuasi para kesurupan lebih ganas dari itu. Suara teriakan semakin keras. Para ustad telah didatangkan, serta sebagian panitia pun telah diberi perbekalan untuk mengeluarkan para makhluk halus yang bersarang ditubuh. Melihat keadaan itu, maka diputuskan , acara puncak dan pembakaran api unggun dibatalkan. Untuk menimalisir keadaan, peserta KBM yang tidak kesurupan dievakuasi menuju musalla milik warga sekitar.

Didalam musalla telah terlihat wajah-wajah ketakutan dan orang-orang yang terbaring lemah karena raga nya sempat dipakai oeh para makhluk halus untuk beberapa menit. Ayat-ayat pun masih bergema ditubuh mereka. Tubuh yang mengigil dan pucat Nampak seakan tak ingin didekati. Dimusalla ini, kami tidur bersama, meski ada ada sebagian yang masih manajamkan mata dan berjaga-jaga.




HARI KETIGA,
Setelah  shalat subuh, ketika matahari mulai menampakkan sinarnya, kami kembali menuju tempat perkemahan,  jalan yang lambat, suasana pagi yang segar serta langkah yang ragu-ragu kami terus melangkah. Suasana perkemahan yang terasa berbeda seakan menyuruh kami segera beranjak dari disana.

Setiba dilokasi, kamipun berkumpul dan disuruh untuk beristigfar sebanyak mungkin. Sesuai perintah, makanan yang  tersedia dari kelompok masing-masing diambil untuk dimakan  bersama. Dengan cepat plastic yang panjang pun dibentangkan. Nasi dan sambal ditaruh diatasnya. Setelah selesai, dilanjutkan makan bersama.

Kerena keadaan tidak memungkinkan untuk melanjutkan kegiatan yang tersisa, maka diputuskan untuk packing dan persiapan untuk pulang. Sedang kegiatan penutupan akan dilaksanakan di kampus sesuai dengan hari yag telah ditetapkan.

Ketika perjalanan menuju pulang saat akan memasuki bus, kesurupan pun kembali terjadi. Mereka memasuki tubuh yang pernah disinggahi. Untuk itu peserta yang tak kesurupan dengan segera masuk bus dan tidak memperhatikan orang yang kesurupan tersebut.sedang warga sekitar hanya terdiam dan keheranan.

Sekitar jam setengah 12, kami telah tiba dikampus dan bersiap untuk pulang kerumah masing-masing. Untuk menetralisir keadaan para peserta yang kesurupan, maka dilakukan ruqyah oleh para ustad.

Bersambung
Nantikan kelanjutannya di KBM (Kemah Bakti Mahasiswa)Part 3…