Wednesday, 24 October 2018

Perjalanan Panjang Menuju S.Farm (Penelitian-Wisuda)


            Hi readers..
            Kalian pernah ngak sih pas lagi seminar proposal dihajar mati-matian sama pembahas? Dan pertanyaannya pun jauh dari topik..?
            Haha baiklah, kali ini saya akan bercerita mengenai pengalamanku.
            Ceritanya gini nih, pas lagi sempro (Senin, 12 Maret 2018 jam 14.45) saya dihajar mati-matian sama pembahas (mati-matian disini dalam tanda kutip lo, bukan mati langsung dikubur yaJ). Saat  itu judul proposal saya “ Isolasi Dan Identifikasi Bahan Kimia Obat ( BKO ) Dalam Krim Untuk Penyakit Kulit Dari Cina Yang Beredar Di Pasaran”. Ada  cerita unik dari sini. Yang mana saya lebih sering diam ketimbang menjawab pertanyaan yang diberikan. Mungkin saya akan sering ditegur karena senyum-senyum sendiri (padahal dasarnya emang pe-senyum, itu kata teman saya lo J).  Pas lagi seminar sangat menegangkan  sekali, bahkan teman-teman yang berjejeran menyaksikan seminar saya hari itu tak lagi terdengar suaranya meskipun saat itu jumlah mereka lebih kurang 30-an (maklum, pembahasku merupakan dosen yang…gitu dehJ). Hingga pertanyaan yang dilemparkan kepada saya pun malah pembimbing saya yang menjawab, by the way, thanks for buk Dira atas jawaban terbaiknya, atas taruhan raga telah membela jawaban saya saat itu. Ada hal yang berkesan saat seminar pertama ini, karena saya meneliti obat cina, eh malah disuruh survey kekampung Cina mengenai brosur  obat (maklum, obat yang saya teliti adalah obat cina, hingga tulisan seluruhnya berbahasa cina). Dan karena hal ini pun, saya akan sering diejek teman-teman “Hai  Zahra, carilah artinya lagi, kalau ngak pergilah kekampung cina, terus tanya-tanya sama mereka” oke, bawa senyum ajaJ.
………………………..
            Sempro berlalu. Kini tibalah saatnya saya mulai mengaplikasikan penelitian saya. Ya sebelum penyusunan proposal, tentu saya harus survey dulu mengenai tempat, bahan, serta alat yang dibutuhkan untuk penelitian, tak lupa juga dengan jenis sampel yang digunakan. Survai bagi saya bukanlah hal yang mudah. Mencari bahan-bahan kimia hilir mudik sungguh melelahkan raga. Tentu yang pertama saya lakukan adalah survay harga. Kalian tahu sendiri kan bagaimana harga dari bahan-bahan kimia? Tentu untuk mendapatkan yang murninya juga harus mengeluarkan budget yang besar. Tak lupa dengan surat-surat yang mesti diurus.
            Okey, survey pertama saya membeli sampel. sampel saya dapatkan disalah satu toko jamu yang berada didaerah pondok padang. Saya juga pernah mensurvay diapotik-apotik Tarandam, tapi kemasannya berbeda, tentu komposisi isinya juga akan berbeda. So, saya gunakan yang didaerah pondok. Ada satu hal yang menarik, ketika membeli obat, teman saya keceplosan bilang bahwa obat yang dibeli itu akan digunakan untuk penelitian, mendengar perkataan itu,  mood  penjual obatnya langsung berubah. Ketika jual beli hampir siap, dan barang hampir ditangan, eh penjualnya malah menarik ulr, lalu pergi (pelajaran nih buat yang penelitian, “tidak usah katakan bahwa sampel untuk penelitian, cukup untuk obat atau untuk dikomsumsi sajaJ “) karena kejadian itu, pindah deh ngebelinya ketempat lain, tapi masih daerah pondok. Setelah survey sampel, saya survai pelarut.  Kebetulan saat itu saya harus membeli pelarut etanol, methanol, etil asetat  n-heksan, aquadest serta kloroform. Sudah beberapa ditempat yang dikunjungi (Novalindo, Kimia Sari, Andeska Labolatory, Andalas bangunan, Brataco, tanya ke bagian farmasi UNAND)  ternyata tidak ada satupun yang murni, kecuali kloroform.  Ada yang murni, tapi harus inden 3 bulan, dan harga yang ditawarkan pun sungguh membuat kantong kering.  So , berarti harus balik lagi kekampus. “Kalian kan mengukurnya pakai alat, jika pelarut tidak murni takutnya berpengaruh pada penelitian kalian, dan hasilnya pun tidak akan akurat”, ujar dosen pembimbng. Jadi keesokan harinya terpaksa lagi pergi ketempat yang sama. Ternyata jawabannya tetap sama. Tetap inden dulu, dan pemesanannya harus pakai surat dari kampus. So, harus mengurus surat lagi. Tanpa pikir panjang, Ah, sudahlah, pakai aja yang nonmurni dulu, toh sebelum penelitian dimulai, kita mengadakan orientasi dulu.
            Ketika waktu penelitian mulai mendekat, saya juga harus mempersiapkan plat KLT.  Dari survai yang telah dilakukan, ternyata saya mendapatkan harga yang berbeda. Di Kimia Sari dan Novalindo harga nya 1 lembar 150.000, di Andeska 160.000 hingga pilihan pun jatuh ke Andalas Bangunan yang menjual dengan harga Rp.140.000,00  untuk 1 lembar KLT. Tentu, 1 lembar KLT tidak akan mencukupi untuk penelitian. Karena pertimbangan biaya, saya hanya ngebelinya 1 terlabih dahulu. Jika kurang ditambah, itung-itung sayang dengan dana yang ada.
            Selain KLT, saya juga menyurvai mengenai harga KLT preparative. Nah pada KLT preparative ini, saya menemukan harga 180.000 untuk 1 helainya. Berhubung dengan noda yang terbentuk dari hasil pemisahan akan dikerok, maka diputuskanlah untuk membeli KLT preparativ dari kaca. Saat itu kami sungguh kebingungan, bagaimana bisa kita membelinya, sedang dari beberapa tempat yang disurvai tidak ada yang menjual dari kaca (tempat yang disuvai: Novalindo, Kimia Sari, Andeska Labolatory, Balai Kesehatan Gunung Pangilun Padang). Tanpa pikir panjang, keesokan harinya diskusi lagi sama pembimbing. Saat itu dalam agenda, kami akan melakukan penelitian di labolatorium BIOTA UNAND, karena disana telah tersedia KLT preparative yang kami butuhkan untuk penelitian.
………………..
            Mujua dak dapek diraih, Malang indak dapek diulak”, ketika waktu penelitian mulai mepet-mepetnya, eh orang biotanya bilang malah ngak bisa kerja disana. “disini kerja khusus anak unand aja. Yang diluar ngak boleh kerja disini”. Semakin panic. Keesokannya konsulitasi sama pembimbing lagi, “baiklah, besok ibuk akan kesana”(dalam hati sedikit lega). Esoknya lagi si dosen bilang “eh ternyata emang ngak bisa kerja disana. Itu udah peraturan barunya gitu”. Mm okelah. besok-besoknya ketemu sama abang analis di biotanya. Dengan memasang wajah polos mengiba, meski dikata-katain, tapi tetap aja sabar mengharap belas kasihan, hingga akhirnya dia pun tergerak hatinya untuk menolong. “okelah, abang akan menolong kalian, tapi dengan syarat, kalian beli silica gelnya disini, kalian beli kacanya dari luar lalu bawa kesini. Tapi ingat yang kerja cuma abang saja, Kalian tidak boleh kerja disini. Sekali lagi abang tegaskan, disini abang hanya menolong”. Ah, sungguh kata-kata yang masih terngiang hingga sekarang. Tapi demi skripsi tak apalah. Yang penting penelitian yang siap.  
            Dari survai tempat penelitian yang telah dilakukan (Labolatorium Kopertis Wilayah X, Balkes Gunung Pangilun, Labolatorium Kimia Unp Padang, Labolatorium Biota Unand),  akhirnya diputuskanlah penelitian akan diadakan di Labolatorium Kopertis Wilayah X  dan Labolatorium Kimia UNP Padang.
            Perjalanan selama penelitian tidaklah mudah. Ada suka duka yang terlewati. perasaan sedih, senang, gelisah,bosan, galau, putus asa, lelah tentu ada. Sukanya, ada teman baru dari berbagai universitas untuk bertukar pikiran. Ada analis yang begitu perhatiannya (terima kasih untuk kenangan selama penelitianJ).
…………………..
            Ketika penelitan telah usai, kini tibalah untuk membuat bab IV dan V. okey. Semua telah usai. Tapi saat itu alangkah sayangnya, sungguh malang sebenar malang. Pembimbing pertama saya undur diri. Jadi saya harus sama siapa??? Ya, dialah pembahas saya tadi yang meminta saya menerjemaahkan bahasa cina yang akan menjadi pembimbing peralihan saya.
…………………...
            Dua minggu lagi merupakan batas akhir pengumpulan bahan skripsi. Tapi ada yang salah dengan skripsi saya. Ya saya tidak menggunakan  baku standar untuk pembanding (karena sesuai anjuran pembimbing pertama saya, untuk pembanding hanya menggunakan literature resmi). Dan alhasil, hasil yang didapat tidak ada yang sesuai dengan literature. Mungkin sebab, karena keterbatasan literature atau kurang teliti dalam pembacaan (maklum, data yang saya peroleh berupa spektrum sidik jari infra red, dan untuk mendapatkan yang persis sungguh sangatlah susah). Melihat hasil penelitian saya yang tidak pakai pembanding akhirnya pembimbing peralihan saya dan pembimbing kedua saya diskusi bagaimana baiknya. Ada 3 saran yang diajukan “tetap lanjutkan penulisan hasil penelitian ini, tapi hasilnya harus akurat, tetap menggunakan penelitian ini tapi sampel diganti, atau ganti semua judul penelitian namun harus mengulang proposal dari awal lagi”. Ah, sungguh pilihan yang sulit saat itu.
            Saat itupun aku harus bolak balik menemui dosen pembimbing untuk kepastian skripsi saya. Alhasil 5 hari sebelum hari terakhir penyerahan bahan seminar hasil  saya memutuskan “ tetap menggunakan penelitian ini tapi sampel diganti”. Ya, sekarang saya tidak lagi menggunakan krim, tapi jamu. Untuk jamu sampel yang saya gunakan saya browsing dari internet hingga akhirnya saya mendapatkan 1 jamu yang belum pernah ditelit sebelumnya. Hingga penelitian saya pun akhirnya berjudul “Identifikasi Bahan Kimia Obat (BKO) Deksametason Pada Jamu G Untuk Rematik Yang Beredar Di Pasaran
………………………………
Keesokan harinya saya langsung menemui dosen. Dan diapun menyetujui. Tapi untuk pembanding disamakan dengan kepunyaan teman saya. Karena saat itu, adalah saat-saat terjepit. hanya 4 hari lagi “The Power Of Kepepet, Selalu Ada Kekuatan Ketika Lagi Genting-Gentingnya” Biasanya hanya 1 kekuatan,  sekarang berkembang menjadi 10 kali lipatnya. Alhasil setelah disetujui, saya langsung bergegas ke tempat penelitian hingga 3 hari berikutnya. Saya pun harus berkejar-kejaranan dengan waktu yang tak seberapa. Ya. Tentu saat itu saya tidak lagi kebingugan dalam penelitian, karena hal tersebut telah pernah saya lakukan sebelumnya. Usai kerja, malamnya saya langsung mengedit skripsi saya, mulai dari mengubah bab I, bab Ii, bab III, hingga memasukkan bab IV dan V. Alhasil, hari kamisnya penelitian saya siap.  Dan malamnya saya begadang hingga pagi melengkapi bahan skripsi saya. Akhirnya jam 9 pun saya siap dan langsung ngeprintnya. Sekitar jam 10 pada hari Jum`at (13 juli 2018) saya langsung menemui dosen pembimbing saya. Ternyata ujian belum cukup sampai disini. Masih ada beberapa yang salah. Masih ada beberapa yang perlu diperbaiki. Hingga dosen saya pun menyuruh saya untuk memperbaiki sesegera mungkin dan menemuinya tepat pada jam 2. Dan akhirnya jam 2 pun saya menemuinya dan langsung mendapat ACC darinya. Setelah itu saya langsung menemui pembimbing 2 saya dan juga langsung ACC, begitu juga dengan Pembimbing Akademik saya.  Kini tiba saatnya pemasukan bahan, tapi apa daya, bagian akademik menolak mentah-mentah skripsi saya. “kamu udah terlambat ni masukinnya, ngak bisa sekarang lagi, kalau mau ronde berikutny lagi”ujar bagian akademik. Walaupu saya telah memasang wajah yang sedih amat, tapi apa daya dia tetap bersikeras pada keinginannya. “jika kamu mau, silahkan tanya ke ketua prodi, apakah masih bisa atau ngak”. Dengan raut kebingungan dan kecemasan, akhirnya dengan dorongan dan bantuan teman-teman saya memiliki kekuatan lagi (terima kasih untuk teman-teman yang telah nungguin dosen siap rapat hingga jam 4-an, juga buk if selaku kepala prodi yang telah mau memasukkan bahan seminar hasil saya, sungguh pertolongan yang luar biasaJ). Dan akhirnya, pada hari Rabu, 18 juli 2018 saya mengikuti seminar hasil.  
…………………………..
            Pada seminar hasil kali ini saya tak lagi setegang seminar yang pertama, Alhamdulillah, hampir semua pertanyaan bisa terjawab. Tapi ada yang unik dari sini, pembahas yang awalnya mencekam sekarang berubah menjadi pembimbing yang sangat baik (Thanks for all). Selain itu koreksi yang paling saya ingat adalah penulisan skripsi saya yang hanya mengikuti kaedah penulisan saya sendiri, hingga bagian hasil dan pembahasan pun disuruh ubah tatacara penulisannya. But, saya puas, karena saya telah mampu melewatinya. Dan raga saya pun telah terbebas dari ujian berat.
………. ……………………
            KOMPRE, merupakan waktu-waktu yang menegangkan bagi saya. Saat itu saya harus berhadapan dengan 5 dosen, berbeda dengan seminar-seminar sebelumnya yang hanya 4 dosen. Dikompre pun tidak hanya di uji tentang penelitian yang telah dilakukan, tetapi juga dasar-dasar pelajaran yang didapat selama S1 Farmasi. Ada satu hal yang saya pelajari setelah kompre. “Begitu banyak hal yang belum saya ketahui, begitu rendah pengetahuan saya tentang farmasi, but, I promise, I break the problem, and I give the better result” Aamiinn…Akhirnya, pada hari selasa, jam 15.30 tanggal 21 Agustus 2018, tepat sehari sebelum hari raya Idul Adha Saya pun meraih gelar S. Farm. (FATMA ZAHRA S.FarmJ).
……..
Sabtu, 13 Oktober 2018, akhirnya Saya wisuda..
Sumber.doc.pribadi
……..
Terima kasih banyak untuk:
1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunianya kepada saya sehingga saya bisa melewati semua tantangan-tantangan selama penelitian.
2. Kedua orang tua saya yang telah susah payah membiayai kehidupan dan biaya kuliah saya. Terima kasih atas jasa yang tidak terbalas serta support yang tiada batas.
3. Kedua adik saya yang mendorong saya untuk cepat tamat kuliah.
4. Seseorang yang telah begadang menemani saya bikin skripsi.
5. Semua sanak family yang terut menyemangati.S
6. Semua dosen yang telah membimbing dan membantu dalam proses perkuliahan.
7. Semua teman-teman yang telah menemani suka duka perjalanan saya.
8.Thanks for all, you give me a way to attain my dreamsJ
.....
(perkiraan biaya habis dari penelitian hingga wisuda: 10 juta).
..............




No comments :

Post a Comment