Tuesday, 22 July 2014

SATU KALI LAGI..

Kenapa setiap mendengar kalimat SATU KALI LAGI” hati ini terasa tercabik-cabik tak karuan? Seolah tak ingin kalimat itu muncul lagi. Kuakui, kalimat itu memang pernah ku ucapkan  sebelumnya, tapi apa yang aku ucapkan itu menjadi suatu pertanda awal yang sangat menakutkan bagiku.  Namun kalimat itu juga sebagai tanda awal yang baik bagiku karena aku belum mengetahui makna di balik  itu. Tapi untuk kali ini tak ingin mewujudkan kalimat SATU KALI LAGI” itu. Karena sungguh, kadang aku tersiksa oleh kalimat itu. Aku tak ingin kalimat itu terus menghantui kehidupanku, membawa kealam yang  tak ku kehendaki. Seandainya dulu aku tak pernah mengucapkannya mungkin aku takkan pernah se-troma ini (pikiranku kacau). Sungguh aku tak ingin pengalaman ku untuk mendengar bahkan mengucapkan  kata satu kali lagi” terulang kembali. 
Kadang memori masa laluku mengingatkan tentang itu. Rasa bersalah itu terus muncul. Aku ingat saat  pergi bermain terakhir, dengan keadaan ku yang sangat malas, dia terus memaksa ku untuk pergi, dia terus membujuk untuk pergi dengan kalimat SATU KALI LAGI”  akhirnya kalimat ini lah yang muncul dimulutku oke, baiklah ini adalah kali terakhir kita untuk pergi, sesudah itu kita tidak akan pergi bermain lagi untuk  selamanya,” ya emang sesudah itu kami tak lagi pernah pergi bermain, bahkan untuk ketemu tatap muka pun juga tidak , paling tidak hanya selisih jalan sekitar bebrerapa kali. Aku takut jika ucapku ku yang seperti ini kembali terulang. 
Aku pernah curhat kepada sahabatku, dengan lantangnya dia menjawab bahwa kalimat itu adalah  kalimat yang paling menyakitkan bagi seseorang, apalagi bagi seseorang yang dicintai. Mendengar ucapnya  itu aku sangat menyesal, dan rasa bersalah itu pun tumbul dalam sanubariku. 
Untuk saat ini, aku yakin aku tidak akan mengikuti kemauan mu , tapi maaf jika itu membuatmu  tersiksa. Karena aku tak ingin kejadian itu terulang kembali. Cukup hanya satu kali. Karena aku yakin  apabila ku ikuti kemauanmu dengan kalimat SATU KALI LAGI, kemungkinan besar keadaan yang tak  ku harapkan itu akan terulang. Jujur, aku takut kehilanganmu. Semua ini aku lakukan karena aku  menyangimu dan diriku. dalam hatiku berjanji, apabila esok aku telah menginjak perguaruan tinggi aku tak  akan mengikuti cara konyol seperti yang kau ucapkan. 
Sejenak ku berfikir, seandainya jika nanti kita terpisah oleh jarak apakah engkau akan terus  mengigatku? Apakah engkau akan ingat dengan kenangan yang pernah kita lalui bersama? Apakah engkau  akan ingat bagaimana dengan sifatku? Saifat baikku, sifat burukku, ? Sungguh. Mungkin hanya dirimulah  yang tahu. 
Aku yakin, seandainya aku mengikuti cara konyolmu itu, mungkin aku akan terus teringat sama dirimu,  sama raut wajahmu yang unik serta cara tatapan tajam mu yang membuat ku tak konsentrasi untuk  melakukan apapun yang dibebankan kepadaku. Hal inilah yang mendasariku untuk tidak melakukan itu,  Untuk itu aku menginginkan sesuatu yang wajar darimu. Tak usah terlalu berlebihan dalam menikmati hidup. Untuk apa melakukan sesuatu yang belum tentu akhirnya, maaf jika aku terlalu mengikuti egoku. Bukan aku  tak ingin melakukannya, tapi aku takut. Sungguh..aku takut kehilanganmu. Karena bagiku kalimat SATU  KALI LAGI” merupakan suatu awal dari perpisahan. Yang aku pun tak ingin itu terjadi. Baik itu pada  dirimu maupun pada diriku.

I LOVE YOU 
@curhatanku kali ini
@tak ingin terulang kembali.......
@”SATU KALI LAGI” tak seindah yang dibayangkan

Friday, 18 July 2014

Terserah..

Ketika semua tiada berarti..kalimat terserah paling mudah untuk diucapkan..

7 FAKTA YANG SERING DITEMUI DALAM KEHIDUPAN KELUARGA:

Berikut ini merupakan tujuh fakta yang sering ditemui dalam kehidupan keluarga, yaitu:
1. Orang yang sering kena marah dari kecil hingga dewasanya cenderung terlahir sebagai anak yang nakal, hal itu dikarenakan sejak kecil mereka telah terbiasa dengan hal-hal yang keras, kata-kata kasar yang seharusnya tak perlu mereka dengar kini telah mereka dengar, bahkan perlakuan yang semestinya tak mereka dapat, kini telah mereka dapatkan, hal itu tentu saja menyebabkan mereka tidak menghiraukan lagi apa yang dinesehati oleh orang lain, mereka cenderung bersifat membangkang, karena mereka berfikir “untuk apa kita mematuhi aturan yang ada, padahal kenyataannya hanya kita disalahkan atau hanya kita yang kena marah” dengan adanya kenyataan seperti itu, anak merasa dirinya sudah peka atau bahkan merasa tak perlu lagi akan adanya nasehat. Maka untuk mengajak nya berubah kearah yang lebih baik diperlukan kesabaran yang kuat. kerena faktor lingkungan yang telah dialaminya sejak kecil, maka ia akan sulit untuk berubah. Tetapi yang perlu diingat “bahwasannya setiap manusia memiliki naluri untuk berubah kearah yang lebih baik”.
2. Kebanyakan anak pertama memiliki sifat pendiam dibandingkan anak ke dua, ketiga dan seterusnya, hal ini diakibatkan karena kurangnya teman sepermainan yang ada didekatnya, kurangnya interaksi dalam keluarga, ditambah lagi dengan sifat orang tuanya yang jarang keluar rumah. Hal ini tentu saja mempengaruhi perkembangan anak, sehingga anak lebih suka menyendiri atau berdiam diri dikamar. Lain hal nya dengan anak kedua, ketiga ataupun seterusnya, mereka telah memiliki teman bermain sejak kecil yaitu seorang kakak yang akan membimbingnya, yang akan mengajak nya bermain.
3. Dalam keluarga yang hanya terdiri dari anak perempuan biasanya sering terjadi pertengkaran diantara sesamanya. Hal ini bisa saja terjadi karena adanya rasa perbedaan, rasa tersaingi, dan adanya  perbedaan kasih sayang yang didapat dari kedua orang tua. Lain bedanya dengan keluarga yang terdiri dari anak laki laki dan anak perempuan, biasanya mereka lebih akrab dan sering berbagi mengenai apa yang telah terjadi dan yang telah mereka alami.
4.  Dalam keluarga biasanya orang tua laki-laki lebih sayang kepada anak nya yang perempuan dan orang tua perempuan lebih sayang kepada anaknya yang laki-laki.
5. Kebanyakan dari orang tua laki-laki kurang memperhatikan nasib dari anak-anaknya, mereka lebih sering menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting, misalnya saja untuk membeli makanan ringan ataupun untuk pergi main dengan sahabat-sahabatnya.
6. Anak apabila telah menginjak remaja dan telah mengenal apa itu pacaran, perhatian mereka terhadap keluarga akan berkurang, mereka terkadang cenderung lebih egois dan mementingkan diri sendiri. Intinya, dengan adanya pacaran hubungan keluarga dan persabatan mereka menjadi kurang harmonis.
7. Lahan pertanian (tanah) sering menjadi pemicu terjadinya pertengkaran atau sangketa diantara sesama keluarga.


http://fatmazahra97.wordpress.com/