Hi teman-teman...
Apa kabar? Semoga sehat selalu ya😁...
Udah 6 bulan ngak nge-blok, akhirnya kangen juga..pengen cerita-cerita..pengen luapin semua emosi yang terpendam...cieee😁...
Hari ini bertepatan dengan 2 bulannya aku resign dari tempat kerja (1 juli 2020 - 1 juli 2021). Mungkin banyak orang sekitar yang bertanya,
"Kenapa berhenti?"
" Sayang bangat lo, padahal cari kerja susah, ini malah main berhenti-henti aja"
" lumayan kan gajinya? malah ditinggalin"
" Gimana nanti kalau kamu ngak megang uang, padahal udah biasa megang uang, pasti bakal canggung deh"
" Bodoh sekali kamu"...
Dannnnnn bla blaaaa embel-embel lainnya...
Jika udah ada yang bilang seperti itu, paling dalam hati cuma bilang " iya, ini ada sesuatu yang lagi aku kejar, sedang berusaha kok".
Padahal dalam kenyataannya, resign dari tempat kerja terkadang emang diperlukan. Mungkin banyak yang bertanya, kenapa resign, alasannya adalah karena kondisi yang tidak lagi kondusif ditambah lagi dengan kerja yang tidak lagi sesuai hati nurani. Kenapa begitu? Sebagai apoteker, sebelum kerja kita kan disumpah dulu, nah, ketika tempat kerja menuntut kita untuk melanggar hak kemanusiaan, terutama berkaitan dengan masalah harga obat, pasti ada rasa ketidaknyamanan tersendiri dihati.
By the way, aku orangnya peng-iba banget lo😁😂, jadi semisal ketika ada orang yang ngak mampu bayar obat rasanya gimana gitu, udah bolak balik hubungi keluarga, tapi duit ngak sampai, jika di biarin, obat itu emang perlu, apalagi berkaitan dengan janin yang ingin diselamatkan. Akhirnya aku hanya diam menatap dengan kesedihan mendalam, sambil merenungi jika ini terjadi padaku.. ditambah lagi dengan manajemen rumah sakit yang buruk, yang menetapkan harga obat diatas harga enceran tertinggi.
Pengen cerita juga nih, kan waktu di RS aku lihat harga obat jauh sekali bedanya dengan HET, akhirnya, Aku sebagai apoteker berinisiatif untuk menurunkan harga obat beberapa persen, eh selang beberapa hari malah dimarah-marahi pihak manajemen😂. Dan tanpa sepengetahuanku harga yang telah ku ubah tadi diubah lagi. Padahal keuntungan yang diambil dari obat itu udah hampir 50% dari harga beli. Jelas dong aku tidak terima, seharusnya obat tanggungjawab bagian farmasi ini malah bagian yang tidak bertanggungjawab sama sekali masuk kedalamnya. Sungguh, merugikan pasien sekali.
Oh, ya perlu banget nih untuk diketahui, bagi pasien akan beli obat boleh banget dan disarankan untuk bertanya mengenai HET ( Harga Enceran Tertinggi). Nah, guna HET ini sendiri adalah untuk melindungi si pasien dari tindakan sewenang-wenang pemilik usaha.
Dalam Permenkes RI Nomor 98 tahun 2015 tentang Pemberian informasi harga enceran tertinggi obat disebutkan bahwa, Apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik hanya dapat menjual obat dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET. Nah, jika menjual lebih dari itu, sangat disarankan sekali untuk dipertanyakan, dan pihak yang berkaitan wajib untuk menjelaskannya.
Dannnn......
Eh, besok-besok lagi disambung ya...berhubung mata udah ngantuk, jadi sekian dulu..
Selamat tidur dan selamat beristirahat...
#Alahan Panjang,
01.40
Kamis, 30 September 2021
#FATMA ZAHRA