Kita adalah gumpalan merah yang dilahirkan atas kehendak sang penguasa
Kita adalah sepasang wajah yang
masih polos yang lebih kepada Kepolos-polosan
Kita adalah insan yang dibodohkan oleh jarak,
Kita yang masih bertahan walau
hanya bermodalkan kepercayaan
“Mengapa kau masih tetap mempertahankannya, sedangkan ada yang lebih
darinya?”
Ujar jelata-jelata perebah kekokohan sendi-sendi
“Kita, tentu saja aku dan dia adalah janji. Janji untuk saling
menjaga, dan setia dalam jarak”
Kita adalah ikrar, yang hanya disaksikan kau dan aku. Jika teringkari,
takkan ada yang berkomentar. Meski ombak mematahkan nyiur-nyiur, tak kan ada yang
menegakkan.
Kita adalah kesunyian yang bernaung diatas jarak, hanya komunikasilah penyelamat.
Karena kita, tak akan mendarat diderasnya ombak, Namun mengudara bersama diatas puncaknya menara.
Bersabarlah, Karena kita akan
tetap menjadi kita selama kita mampu mempertahankannya
Bertahanlah dalam jarak!
Karena jarak tak akan memisahkan kita, namun menyatukan kau dan aku…
Kita, tentu saja sosok manusia yang harus berani mengalahkan rindu.
Karena impian menantikan langkah untuk sampai di titik finish.
Kita dan kehidupan setelahnya akan lebih berat. Tantangan akan semakin
besar.
Berusahanlah menggapai asa! Bukan
kau saja, tapi kita.
Kita akan mengarungi samudera bersama dari berbagai ufuk.
Bukankah cita-citamu mengelilingi berbagai Negara bersamaku ?
Bersabarlah untuk beberapa tahun lagi.
Kau harus berjuang menggapai mimpimu, demi kita.
Kau harus bersemangat. Ya, tentu saja demi kita.
Maukah kau melakukan itu?
Bukan kau saja, tapi kita..
By: Fatma Zahra
Padang, Jum`at, 29 September 2016
*This article was made on impulse BerBer
who wants me to blogging*
*Keep Spirit My BerBer*